Jumat, 18 Juni 2010

penyakit pada kucing

Kucing merupakan hewan kesayangan, banyak orang yang suka memelihara kucing. Bahkan Bagi sebagian orang, kucing di sinyalir dapat membawa hoki. Bagi pencinta kucing (cat lover), Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan penyakit pada kucing, so, sebaiknya segera hubungi dokter hewan terdekat jika kucing anda sakit atau mengalami gejala sakit:

1. Rabies. Ini adalah hal yang paling serius, kecuali di Australia dan Inggris sebab di kedua negeri tersebut pengendalian serta vaksinasi kucing tertata dan teratur secara ketat. Kabar mutakhir, 5 dari 10 rumah di Inggris memelihara minimal satu kucing.

2.Toxoplasmosis. Mitos yang sering kita dengar adalah perempuan hamil jangan dekat-dekat dengan kucing karena bulunya berbahaya bagi kandungan. Setelah saya baca di Wikipedia penyebab tepatnya bukanlah di bulunya, namun dari kotoran kucing yang memang bisa jadi kotoran kucing menempel pada bulunya yang rontok. Toxoplasmosis yang menginfeksi kandungan disebut sebagai congenital toxoplasmosis, bisa menyebabkan infeksi pada bayi yang belumlah lahir. Tak disebutkan bahwa penularannya bisa melalui pernafasan, tapi pada makanan yang dimasak kurang matang karena tercemar kotoran kucing atau tidak cuci tangan sebelum memegang makanan.

3. Ringworm atau Tinea. Sebuah penyakit kulit yang bisa menular melalui sentuhan dan bulu kucing yang bisa berfungsi sebagai pembawa atau carrier. Risiko terhadap jamur ini mengakibatkan kebiasaan mencuci tangan setelah memegang kucing sebagai sebuah keharusan.

4. Flea atau kutu. Kutu kucing atau Ctenocephalides felis bisa saja menggigit kulit manusia meskipun tidak menginfeksi apa-apa, namun bisa terjadi gigitan kutu tersebut menimbulkan luka. Bedak kucing yang dijual sudah cukup sebagai tindakan pencegahan, selain tentunya sebagai salah satu cara memelihara kucing dengan baik.

Flu Kucing (Cat Flu)

Penyakit flu sering terjadi pada kucing, terutama pada kucing yang belum divaksinasi dan mudah sekali menular kepada kucing lain. Penyakit ini jarang menyebabkan kematian pada kucing dewasa tetapi dapat berakibat fatal bila menyerang anak kucing. Meskipun pada kucing dewasa jarang berakibat fatal, gejala-gejala penyakit seperti pilek dan bersin-bersin dapat berlangsung cukup lama. Oleh karena itu pencegahan dengan vaksinasi rutin merupakan tindakan terbaik.

Apakah Flu Kucing itu?

Flu kucing adalah penyakit pada kucing yang biasanya disebabkan oleh infeksi satu atau kombinasi beberapa virus (virus herpes dan virus calici) dan bakteri.

Bagaimana cara penularan Penyakit ini ?

Sepertihalnya penyakit flu pada manusia, flu kucing juga menyebar melalui air liur,cairan bersin/droplet yang mengandung virus. Droplet ini tersebar melalui bersin, kontak langsung atau tidak langsung melalui peralatan (tempat makanan, minuman, kandang,dll) yang tercemar virus. Kontak tidak langsung juga dapat terjadi melalui sentuhan manusia, oleh karena itu cucilah tangan dengan sabun/antiseptik setelah memegang kucing sakit agar tidak menulari kucing lain.

Masa inkubasi penyakit ini dapat mencapai 3 minggu, artinya kucing bisa saja tidak menunjukkan gejala sakit flu hingga 3 minggu sejak virus menyerang. Selama 3 minggu tersebut kucing bisa saja menyebarkan virus, meskipun tidak terlihat sakit.

Bagaimana tanda-tanda kucing terserang Flu ?

Gejala flu kucing mirip seperti flu pada manusia. Di awali dengan bersin-bersin bekelanjutan, demam, nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali, lemah, lesu, diikuti dengan batuk, mata merah dan berair. Tanda-tanda penyakit biasanya mulai berkurang setelah 7 hari dan kembali ke kondisi semula dalam 2-3 minggu. Pada beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan semacam sariawan pada mulut dan menyebabkan kucing kesakitan bila makan.

Apakah Flu kucing menular pada manusia ?

Tidak. Virus flu pada kucing berbeda dengan virus flu yang menyerang manusia.

Apakah flu kucing dapat diobati ?

Sayangnya hingga saat ini belum ada obat untuk flu kucing. Segera temui dokter hewan bila gejala penyakit ini terjadi pada kucing Anda. Pemberian obat-obatan seperti antibiotik lebih bersifat mencegah infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri. Obat-obat lain yang diberikan biasanya bertujuan untuk mengurangi gejala flu seperti menurunkan panas, melegakan pernafasan dan menghilangkan lendir saluran pernafasan yang berlebihan. Selebihnya sangat tergantung pada sistem kekebalan tubuh kucing itu sendiri.

Pada kucing dengan kondisi dan gizi yang bagus, penyakit flu ini akan sembuh sendiri dalam waktu 2-3 minggu. Meskipun kucing tidak mau makan, usahakan ada makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan cara disuapi, agar kucing tersebut tetap mempunyai energi dan nutrisi yang baik untuk memerangi virus flu.

Apakah Kucing yang terserang Flu dapat kembali sehat ?

Biasanya kucing yang terserang flu kembali sehat dalam beberapa minggu. Pada beberapa kasus infeksi dan gejalanya berlangsung lebih lama, Kucing terlihat selalu bersin-bersin dan pilek selama beberapa bulan. Hal ini dapat menyebabkan kondisi kucing kurang baik dan mudah terserang penyakit lain.

Perlukah diberi vitamin atau suplemen ?

Vitamin dan suplemen dapat membantu meningkatkan kondisi dan sistem kekebalan tubuh kucing yang sedang sakit. Konsultasikan dengan dokter hewan vitamin/suplemen yang cocok beserta dosisnya.

Apakah Vaksinasi dapat menyembuhkan kucing yang sakit flu ?

Vaksinasi lebih bersifat pencegahan.Vaksinasi rutin tidak 100 % melindungi kucing dari penyakit. Pada kucing yang rutin divaksinasi, meskipun terserang flu biasanya tidak parah dan lebih cepat sembuh.

Penyakit Jamur Cryptococcus Pada Kucing Indonesia adalah negara tropis dengan udara bersuhu relatif stabil dan kelembaban yang tinggi. Kondisi udara seperti ini sangat cocok untuk pertumbuhan berbagai macam jamur penyebab penyakit, salah satunya adalah Cryptococcus neoformans. Jamur tersebut termasuk golongan kapang/ragi (yeast).Jamur ini berukuran sangat kecil dan tidak terlihat mata telanjang, tetapi koloni yang berkembang biasanya terlihat seperti lapisan berwarna krem-coklat dan berlendir. Kapang C. neoformans berada dimana-mana, biasanya tumbuh dan berkembang di kotoran burung dan tumbuhan yang membusuk. C. neoformans sering menyerang pada kucing, terutama saluran pernafasannya. Penyebaran dimulai dari hidung, melalui aliran darah dapat menyebar ke otak, mata dan paru-paru. Tetapi umumnya menyerang bagian hidung, tenggorokan, jaringan wajah, mata dan otak.

Tanda-tanda kucing terkena C. neoformans

Kucing yang terkena biasanya mengalami pembengkakan hidung, pilek berat, luka pada hidung yang bengkak, suara nafas berat, kadang-kadang disertai demam, pengelupasan kulit di sekitar wajah dan kepala, pembengkakan kelenjar getah bening,gangguan syaraf dan mata.

Menular ke manusia & lama sembuhnya

Segera periksakan kucing anda ke dokter hewan terdekat, informasikan pula pada dokter hewan tersebut kemungkinan terkena penyakit jamur C. neoformans ini. Dokter hewan anda akan memberikan obat yang sesuai.

Perlu diperhatikan pula kalau penyakit ini bersifat kronis, lama sembuhnya dan memerlukan pengobatan selama 1-2 bulan atau lebih. Proses penyembuhan sangat tergantung terhadap parah-tidaknya penyakit dan pemberian obat yang teratur.

Yang tidak kalah penting penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu dapat menyerang manusia. Penularan dapat terjadi melalui kucing, anjing ataupun langsung dari lingkungan, Jadi cucilah tangan setelah mengobati kucing kesayangan Anda.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber dan atas kebaikan: www.kucingkita.com

9 penyakit menular pada satwa liar

Oleh: Drh. Luki Kusuma Wardhani

* Hepatitis
* Tuberculosa (TBC)
* Rabies
* Cacing
* Toxoplasmosis
* Psitacosis
* Salmonellosis
* Leptospirosis
* Herpes

Hepatitis
Di seluruh dunia diperkirakan 2 milyar manusia telah terinfeksi penyakit hepatitis. Dua juta orang meninggal tiap tahunnya atau tiap menitnya ada 4 orang meninggal akibat kasus penyakit tersebut. Kecepatan penularan penyakit hepatitis 4 kali lebih cepat dari penyakit HIV. Penularan penularan penyakit hepatitis ini melalui aliran darah, plasenta bayi bagi ibu yang mengandung serta cairan tubuh seperti sperma, vagina, dan air liur.

Orang yang terkena hepatitis, hatinya akan rusak. Perutnya tampak membesar, muntah, diare dan kulit berwarna kekuningan. Fungsi hati yang menyaring racun telah hancur oleh virus ini, akibatnya kematian mengancam penderita hepatitis.

Satwa primata (bangsa kera dan monyet) dapat menularkan penyakit hepatitis melalui gigitan atau cakaran. Hati-hati memelihara primata, karena barangkali primata itu terinveksi hepatitis dan sekali dia menggigit anda maka anda berisiko tertular hepatitis.

Tuberculosa (TBC)
TBC adalah penyakit yang menyebabkan kematian terbesar kedua di Indonesia. Gejala yang ditimbulkan antara lain gangguan pernafasan seperti sesak nafas, batuk sampai berdarah, badan tampak kurus kering dan lemah. Penularan penyakit ini sangat cepat karena ditularkan melalui saluran pernafasan.

Selain manusia satwapun dapat terinfeksi dan menularkan penyakit TBC melalui kotorannya. Jika kotoran satwa yang terinveksi itu terhirup oleh manusia maka membuka peluang manusia akan terinveksi juga penyakit TBC. Penyakit Tuberculosis bersifat menahun atau berjalan kronis, sehingga gejala klinisnya baru muncul jika sudah parah.

Satwa yang punya potensi besar menularkan penyakit TBC ke manusia adalah primata, misalnya orangutan, owa dan siamang.

Rabies
Penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus ini dikenal juga sebagai penyakit anjing gila. Penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat ini dapat ditularkan ke manusia lewat gigitan satwa. Kasus gigitan hewan penyebar rabies adalah anjing (90%), kucing (3%), kera (3%) dan satwa lain (1%).

Gejala yang ditimbulkan bila terinfeksi rabies pertama-tama adalah tingkah laku yang abnormal dan sangat sensitif (mudah marah), kelumpuhan dan kekejangan pada anggota gerak. Penderita akan mati karena kesulitan untuk bernafas dan menelan dalam kurun waktu 2-10 hari.

Cacing
Cacingan sering dianggap penyakit yang ringan, padahal penyebab kematian terbesar satwa dipelihara oleh manusia dalam kondisi buruk adalah penyakit ini. Stress dapat meningkatkan jumlah infeksi cacing dalam tubuh. Dengan ukuran yang sangat kecilyaitu 0,01-0,1 mm, sangat memudah bagi parasit menular ke semua satwa termasuk manusia.

Diare, badan kurus, kekurangan cairan (dehidrasi), anemia serta badan lemas merupakan gejala awal yang ditimbulkan oleh adanya infeksi cacing. Kejang-kejang pada seluruh anggota gerak, perut membesar dan keras akibat adanya timbunan gas (kembung) merupakan tanda bahwa racun telah menyebar ke seluruh tubuh. Bila tidak segera diobati maka kematian akan menjemput penderitanya.

Hampir semua satwa yang berpotensi menularkan penyakit cacingan, misalnya primata, musang, kucing, burung nuri, kakatua, dan lain-lain.

Toxoplasmosis
Penyakit ini ditakuti oleh kaum wanita karena menyebabkan kemandulan atau selalu keguguran bila mengandung. Bayi yang lahir dengan kondisi cacatpun juga dapat di sebabkan oleh penyakit ini.

Penyakit Toxoplasmosis disebarkan oleh satwa bangsa kucing, misalnya kucing hutan, harimau atau juga kucing rumahan. Penularan kepada manusia melalui empat cara yaitu: secara tidak sengaja menelan makanan atau minuman yang telah tercemar Toxoplasama, memakan makanan yang berasal dari daging yang mengandung parasit Toxopalsma dan tidak dimasak secara sempurna/setengah matang. Penularan lain adalah infeksi penyakit yang ditularkan melalui placenta bayi dalam kandungan bagi ibu yang mengandung. Cara penularan terakhir adalah melalui transfusi darah.

Psitacosis
Walaupun belum ada laporan tentang kasus penyakit Psittacosis yang diderita oleh manusia tetapi penyakit yang disebarkan oleh burung paruh bengkok (nuri dan kakatua) ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Penularannya bisa lewat kotoran burung yang kemudian terhirup oleh manusia.

Gejala klinik yang ditimbulkan antara lain adalah gangguan pernafasan mulai dari sesak nafas sampai peradangan pada saluran pernafasan, diare, tremor serta kelemahan pada anggota gerak. Kondisi akan semakin parah bila penderita dalam kondisi stress dan makanan yang kekurangan gizi.

Salmonellosis
Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteri Salmonella adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Akibatnya penderita akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan oleh bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran.

Satwa yang bisa menularkan penyakit salmonella ini antara lain primata, iguana, ular, dan burung.

Leptospirosis
Penyakit yang disebabkan oleh sejenis kuman ini menyerang semua jenis satwa termasuk manusia. Organ tubuh yang paling disukai oleh kuman ini tumbuh subur adalah ginjal dan organ reproduksi. Penularan penyakit berawal dari adanya luka yang terbuka dan terkontaminasi dengan air kencing atau cairan dari organ reproduksi. Bakan makanan atau minuman yang tercemarpun dapat menyebakan infeksi masuk dalam tubuh.

Gejala yang mudah diamati bila terinfeksi penyakit ini adalah air kencing berubah menjadi merah karena ginjal penderita mengalami perdarahan. Selain itu kepala akan mengalami sakit yang luar biasa, depresi, badan lemah bahkan wanita hamil juga akan mengalami keguguran. Sampai saat ini belum ada vaksin Leptospira untuk manusia, yang tersedia hanya untuk satwa. Satwa yang bisa menularkan penyakit mengerikan ini adalah anjing, kucing, harimau, tikus, musang, jelarang dan tupai.

Herpes
Adanya pelepuhan kulit di seluruh tubuh merupakan gejala awal yang ditimbulkan bila terinfeksi virus herpes. Virus ini bisa berakibat kematian bagi bangsa primata. Manusia dapat tertular dari gigitan atau cakaran satwa yang mengandung virus tersebut. Penderita penyakit ini akan mengalami dehidrasi akibat pelepuhan kulit dan akhirnya kematian akan menjemputnya. Hati-hati jika memelihara primata seperti monyet, lutung, owa, siamang, orangutan, dan lain-lain. Bisa jadi primata yang anda pelihara itu ternyata menderita herpes!.

sumber:http://www.profauna.org/content/id/9_penyakit_menular_dari_satwa_liar.html

anastesi vet

Istilah anestesi pertama kali dikemukakan oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: anestesi lokal, yaitu hilang rasa sakit tanpa hilang kesadaran; anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran. Biasanya anestesi dibutuhkan pada tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pembedahan.
Obat-obatan anestetik yamg diberikan pada hewan akan membuat hewan tersebut tidak peka terhadap rasa sakit sehingga hewan menjadi lebih tenang, dengan demikian pembedahan dapat dilaksanakan lebih aman dan lancar. Pada hewan kecil biasanya menggunakan obat-obat anestetik umum, misalnya: ketamin, xylazin, derivat barbiturat, dan sebagainya.
Semua zat anestetik umum menghambat susunan syaraf pusat secara bertahap, mula-mula fungsi yang kompleks akan dihambat dan paling akhir dihambat ialah medula oblongata dimana terletak pusat vasomotor dan pusat pernapasan yang vital. Guedel (1920) membagi anastesi umum dalam 4 stadium yaitu:
• Stadium I (Analgesia): stadium induksi
Stadium ini dimulai dari saat pemnberian obat anestesi sampai hilangnya kesadaran.
• Stadium II (Delinum): stadium eksitasi
Stadium ini dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan.
• Stadium III (Pembedahan): stadium anestesi
Stadium ini ditandai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang,
• Stadium IV (Paralisis medula oblongata): stadium overdosis
Stadium ini ditandai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding dengan stadium III. Jika mengalami stadium ini maka harus segera memberikan antidota pada hewan tersebut.
Tujuan
1. anestesi umum dilakukan untuk melakukan pembedahan pada organ-organ vital.
2. untuk membedakan dalam proses pembedahan terutama pada hewan yang galak/buas.
3. untuk mengetahui kondisi fisiologis kucing pada saat teranestesi.

MATERI DAN METODA
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan antara lain: jarum suntik, kapas, kucing, obat anestetik umum (ketamin dan xylazin), antidota, alkohol, dan betadine.

Persiapan Sebelum Anestesi
Dalam melakukan anestesi harus diperhatikan beberapa faktor antara lain: kondisi hewan, lokasi pembedahan, lama pembedahan, ukuran tubuh/jenis hewan, kepekaan hewan terhadap obat anestetik dan penyakit-penyakit yang diderita hewan.
Sebelum anestesi sangat perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan hewan, karena kadang-kadang anestesi umum mempunyai resiko yang jauh lebih besar dibandingkan pembedahan yang dijalankan.

Prosedur Anestesi
- Kucing dihandle terlebih dahulu
- Bulu dan kulit didaerah pinggul/paha dibasahi dengan kapas beralkohol
- Suntikan jarum suntik yang berisi obat anestetik didaerah otot pinggul/paha
- Lalu biarkan kucing berjalan-jalan sampai kucing muntah dan kehilangan kesadarn
- Setelah kesadaran kucing hilang kemudian lakukan pemeriksaan umum untuk mengetahui fisiologi kucing dan seterusnya tiap beberapa menit sampai kucing sadar kembali.

Sumber: Iwan Berri Prima, Diolah dari berbagai sumber literatur